top of page

Multifamily Intelligence Network

Public·26 members

Jose Adams
Jose Adams

Dialog Naskah Drama Romeo Dan Juliet Teks Bahasa Indonesial



Romeo dan Julia telah berkali-kali dipentaskan dalam bentuk drama, film, musikal, dan opera. Selama Restorasi Inggris, drama ini dihidupkan kembali, dan direvisi oleh William Davenant. David Garrick juga mengubah beberapa bagian, dan adaptasi opera oleh Georg Benda menghilangkan banyak aksi, dan menambah akhir yang bahagia. Penampilan pada abad ke-19, seperti oleh Charlotte Cushman, menggunakan naskah asli Romeo, dan Julia, dan lebih fokus pada realisme yang lebih besar. Pada abad ke-20, Romeo, dan Julia telah diadaptasi kedalam berbagai versi seperti film Romeo and Juliet tahun 1936. Di Indonesia sendiri, terjemahan ke dalam bahasa Indonesianya yang berjudul Romeo, dan Julia dilakukan oleh Trisno Sumardjo.[2]




Dialog Naskah Drama Romeo Dan Juliet Teks Bahasa Indonesial


Download Zip: https://www.google.com/url?q=https%3A%2F%2Fmiimms.com%2F2u8N8S&sa=D&sntz=1&usg=AOvVaw2EjbJ-fOOtACeu383m0y0o



Tulisan ini adalah penjabaran cara memainkan karya-karya William Shakespeare dalam konteks Indonesia yang dikompilasi dari sumber-sumber online dan pengalaman pribadi saya dalam memainkan dan mengkaji drama Shakespeare. Ada tiga hal yang harus saya tekankan sebagai prasyarat pembaca artikel ini. Jika seorang aktor/pembaca tidak memenuhi syarat-syarat di bawah ini, maka saya sarankan untuk mendiskusikan artikel ini dengan aktor/pelatih/sutradara yang berpengalaman ketika mencobanya. Karena drama Shakespeare mau tak mau akan selalu memiliki konflik interpretasi; bahkan untuk penonton berbahasa Inggris sekalipun, dialog Shakespeare seperti bahasa asing.


Ketika sebuah naskah terjemahan/adaptasi menanggalkan unsur-unsur majas, rima, dan tekanan dari bahasa aslinya dan tidak mencari padanannya, maka drama itu gagal menjadi drama Shakespeare. Semua dramawan Indonesia yang hendak membawakan Shakespeare biasanya tahu bahwa Shakespeare dalam bahasa Indonesia akan selalu berada di posisi antara terjemahan dan adaptasi. Kebanyakan pementasan hancur ketika dia berada di satu posisi ekstrim: terlalu menuruti terjemahan yang bahasa dan konteksnya dipaksakan, atau terlalu adaptasi, ambisi sutradara yang membuat ciri khas Shakespeare-nya hilang dalam balutan plot semata. Karena itu, naskah terjemahan/adaptasi yang tidak bertanggung jawab terhadap metodologi akademisnya, akan menjadi bencana besar secara keseluruhan. Kegagalan pentas ini tidak hanya terjadi pada teater komunitas di Indonesia, bahkan di Broadway dan Off-Broadway pun, kegagalan pementasan Shakespeare kadang terjadi. Hal ini akan saya bahas lebih lanjut di akhir artikel.


Demi kepentingan praktis, artikel ini akan menggeneralisir seakan-akan semua drama Shakespeare bisa didekati dengan teknik-teknik berikut (tentu pada kenyataannya, setiap naskah butuh pendekatan tersendiri sesuai genre dan metodologi penyutradaraan). Untuk kepentingan ini pula, kita asumsikan juga bahwa naskah terjemahan/adaptasi yang akan dipakai sudah dialihbahasakan sesuai dengan metodologi akademik terjemahan yang baik. Dalam artikel ini saya akan pakai contoh nukilan terjemahan versi saya (NN), Yudhi Soenarto (IYS), Trisno Soemardjo (TS) dan WS Rendra (WSR) yang saya hafal dari ingatan saja. Karena di tempat saya tinggal sekarang, saya tidak punya akses pada teks-teks terjemahan tersebut.


Artikel ini akan fokus ke praktik dari naskah menuju ke panggung: drama Shakespeare sebagai pertunjukan teater. Tujuan artikel ini adalah membantu aktor untuk mendapatkan standar akting Shakespeare yang aman. Aman di sini berarti sang aktor tidak hanya menghafalkan dialog, tapi juga memahami dan menghidupkan dialog tersebut, mengambilnya sebagai kata-katanya sendiri. Lagi-lagi, ini adalah pengetahuan dasar dalam berteater. Tapi untuk konteks drama Shakespeare, ini jadi sangat menantang.


Shakespeare memang punya bahasa yang jauh lebih rumit daripada naskah realis, bahkan surealis. Tapi pendekatan dasarnya tetap sama dengan akting realis dan metode Stanislavski. Biarkan proses latihan, pemahaman, dan diskusi pelan-pelan membentuk karaktermu. JANGAN DIBUAT-BUAT. Kecuali jika sutradara memang punya konsep tersendiri soal metode aktingnya. Ini pun harus sangat amat hati-hati karena kagagalan masalah metode untuk mendekati drama Shakespeare bukan hanya terjadi di teater komunitas Indonesia, tetapi juga di teater off-Broadway. Sial sesial-sialnya adalah gagal mementaskan Shakespeare di Industri teater terbesar di dunia, seperti sutradara filmAcross the Universe, The Tempest, dan sutradara pementasan The Lion King dan Spider-man ini: Julie Taymor.


Kebanyakan dari kita mengira bahwa drama berasal dari Yunani Kuno. Namun demikian, sebuah buku yang berjudul A History of the theatre menunjukan pada kita bahwa pemujaan pada Dionisus, yang kelak diubah kedalam festival drama di Yunani, berasal dari Mesir Kuno. Tek Piramid yang bertanggal 4000SM. Adalah naskah Abydos Passion Play yang terkenal. Tentu saja para pakar masih meragukan apakah teks itu drama atau bukan sebelum Gaston Maspero menunjukan bahwa dalam teks tersebut ada petunjuk action dan indikasi berbagai tokohnya.


Hal mendasar yang membedakan antara karya sastra puisi, prosa, dan drama adalah pada bagian dialog. Dialog adalah komunikasi antar tokoh yang dapat dilihat (bila dalam naskah drama) dan didengar langsung oleh penonton, apabila dalam bentuk drama pementasan.


Sastra drama di Indonesia ditulis pada awal abad 19, tepatnya tahun 1901, oleh seorang peranakan Belanda bernama F. Wiggers, berupa sebuah drama satu babak berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno. Untuk selanjutnya bermunculanlah naskah-naskah drama dalam bahasa Melayu Rendah yang ditulis oleh para pengarang peranakan Belanda dan atau Tionghoa.


Berdasarkan etimologi (asalusul bentuk kata), kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (akting) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan. Hal ini akan tampak nyata bila kita bandingkan dengan cerita pendek atau novel. Pembaca cerita pendek atau novel harus aktif membayangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, gerak-gerik tokoh, dan percakapannya. Namun, dalam drama hal itu tidak perlu dilakukan oleh penonton karena semuanya sudah diperagakan/ditampilkan secara lengkap di atas panggung.


Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek sampingan.


Dari penjelasan di alas agaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa drama dalam masyarakat kita mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam hentuk dialog dan gerak berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata husana. Dengan kata lain, drama dalam arti luas mencakup teater tradisional dan teater modern, sedangkan drama dalam arti sempit mengacu pada drama modern saja.


J Manusia tidak kuasa melawan garis nasib yang ditetapkan oleh Tuhan.Amanat drama yang dipaparkan diatas adalah versi penulis. Amanat drama Romeo dan Juliet dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh penonton atau pembacanya. Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar) dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.D. Jenis-jenis Drama


Closed drama adalah drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed drama mempunyai dialog-dialog yang panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog yang digunakan tidak mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit dipentaskan.


Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Drama dalam masyarakat kita mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam hentuk dialog dan gerak berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata husana. Dengan kata lain, drama dalam arti luas mencakup teater tradisional dan teater modern, sedangkan drama dalam arti sempit mengacu pada drama modern saja. Adapun unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan unsur ektrinsik (unsur luar).Unsur-unsur intrinsik yaitu tokoh, penokohan, setting, tema, alur atau plot, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.Jenis-jenis drama dapat diklasifikasikan berdasarkan isi ceritanya (drama tragedy, melodrama, komedi dagelan). Berdasarkan cara penyajiannya (closed drama, drama treatikal, drama radio, drama televisi). Berdasarkan bentuknya (sandiwara, teater rakyat, opera, sendratari, pantomim, operet, tableau, passie, wayang, minikata). Dan menurut masanya drama ada drama baru dan drama lama.Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu prolog, epilog, monolog, dan dialog. Selain itu juga ada tata panggung, pemeran, kostum, dan suara yang perlu diperhatikan.B. Saran


About

Welcome to the group! You can connect with other members, ge...

Members

bottom of page